Kelihatannya sepele ya, beli bola lampu. Tinggal pilih yang terang, bayar, pasang, selesai. Tapi kenyataannya, banyak orang salah pilih dan akhirnya malah buang-buang uang atau nggak nyaman sama pencahayaannya. Nah, biar kamu nggak ikut-ikutan salah langkah, yuk simak 5 kesalahan umum waktu beli bola lampu, plus cara ngindarinnya!

  1. Nggak Ngecek Fitting atau Ukuran Soket
    Salah satu kesalahan klasik: udah beli lampu, pulang-pulang eh… nggak muat di dudukan! Antara soketnya kebesaran, kekecilan, atau beda jenis (E27 vs E14 misalnya).

Cara ngindarinnya:
Cek dulu jenis fitting lampu di rumah. Kalau perlu, foto soketnya atau bawa contoh bohlam yang lama pas beli. Nggak malu, yang penting pas!

  1. Asal Pilih Warna Cahaya
    Kadang kita pengen ruangan terasa hangat dan cozy, tapi malah beli lampu putih terang kayak ruang UGD. Atau sebaliknya, pengen yang terang buat kerja, tapi malah beli lampu kuning redup.

Cara ngindarinnya:

Cahaya putih terang (cool white/daylight): cocok buat dapur, ruang kerja, garasi.

Cahaya kuning hangat (warm white): cocok buat ruang santai dan kamar tidur.

Lihat label “Kelvin” di kemasan. Semakin rendah angkanya (misal 2700K), makin hangat warnanya.

  1. Nggak Ngelihat Watt vs Lumen
    Banyak orang mikir, makin besar watt-nya, makin terang lampunya. Padahal sekarang yang penting itu lumen, bukan watt. Lumen = seberapa terang lampunya. Watt = seberapa besar konsumsi listriknya.

Cara ngindarinnya:
Cari bola lampu LED dengan lumen tinggi dan watt rendah. Contoh: lampu 10 watt LED terangnya setara bohlam 60 watt biasa. Hemat listrik, tetap terang!

  1. Lupa Pertimbangkan Daya Tahan
    Ada banyak sekali lampu murah yang cepat putus sehingga memerlukan biaya tambahan untuk menggantinya jadinya nggak hemat juga, kan?

Cara ngindarinnya:
Pilih lampu dari merek yang terpercaya dan periksa daya tahannya. Biasanya ditulis “lifespan” atau masa pakai, misalnya 15.000 jam. Lebih awet, lebih hemat dalam jangka panjang.

  1. Nggak Cek Kompatibilitas dengan Dimmer
    Kalau kamu pakai dimmer (pengatur terang-gelap), pastikan lampunya dimmable. Soalnya nggak semua LED bisa diredupkan. Salah pilih bisa bikin lampunya berkedip atau cepat rusak.

Cara ngindarinnya:
Lihat label “dimmable” di kemasan. Kalau nggak ada, berarti nggak bisa dipakai di dimmer.

Penutup
Beli bola lampu itu bukan cuma soal “yang penting nyala”. Cahaya punya pengaruh besar buat kenyamanan, mood, bahkan tagihan listrik kamu. Dengan sedikit perhatian waktu memilih, kamu bisa dapetin pencahayaan yang pas, awet, dan pastinya bikin suasana rumah makin nyaman.

Semoga tips ini membantu kamu jadi pembeli lampu yang lebih bijak! Kalau ada pengalaman unik soal beli bola lampu, share di kolom komentar, yuk!